Seperti ungkapan Dr. Ezzat Abouleist di statemen awal pendahuluan,
“Ilmu kedokteran tidak lahir dalam waktu semalam”. Keilmuan yang
berkembang dan praktek-prakteknya tidak tanpa mula. Tapi mempunyai
sejarah panjang yang dihasilkan para pendahulu hingga hasilnya dapat
dilihat saat ini. Awal mula kelahirannya dimulai pada masa peradaban
Yunani. Dan bangsa-bangsa lain sekitar pada masa itu.
Dalam peradaban Yunani, orang Yunani Kuno mempercayai Asclepius sebagai dewa kesehatan. Pada era ini, menurut penulis Canterbury Tales,
Geoffrey Chaucer, di Yunani telah muncul beberapa dokter atau tabib
terkemuka. Tokoh Yunani yang banyak berkontribusi mengembangkan ilmu
kedokteran adalah Hippocrates atau `Ypocras' (5-4 SM). Dia adalah tabib
Yunani yang menulis dasar-dasar pengobatan.
Selain itu, ada juga nama Rufus of Ephesus (1 M) di Asia Minor. Ia
adalah dokter yang berhasil menyusun lebih dari 60 risalah ilmu
kedokteran Yunani. Dunia juga mengenal Dioscorides. Dia adalah penulis
risalah pokok-pokok kedokteran yang menjadi dasar pembentukan farmasi
selama beberapa abad. Dokter asal Yunani lainnya yang paling berpengaruh
adalah Galen (2 M). Ketika era kegelapan mencengkram Barat pada abad
pertengahan, perkembangan ilmu kedokteran diambil alih dunia Islam yang
telah berkembang pesat di Timur Tengah, menurut Ezzat Abouleish, seperti halnya lmu-ilmu yang lain.
2. Pada Masa Peradaban Islam
1. Masa Awal
Perkembangan kedokteran Islam melalui tiga periode pasang-surut.
Periode pertama dimulai dengan gerakan penerjemahan literatur kedokteran
dari Yunani dan bahasa lainnya ke dalam bahasa Arab yang berlangsung
pada abad ke-7 hingga ke-8 Masehi. Pada masa ini, sarjana dari Syiria
dan Persia secara gemilang dan jujur menerjemahkan litelatur dari Yunani
dan Syiria kedalam bahasa Arab.
Rujukan pertama kedokteran terpelajar dibawah kekuasaan khalifah
dinasti Umayyah, yang memperkerjakan dokter ahli dalam tradisi
Helenistik. Pada abad ke-8 sejumlah keluarga dinasti Umayyah diceritakan
memerintahkan penterjemahan teks medis dan kimiawi dari bahasa Yunani
ke bahasa Arab. Berbagai sumber juga menunjukkan bahwa khalifah dinasti
Umayyah, Umar ibn Abdul Aziz (p.717-20) memerintahkan penterjemhan dari
bahasa Siria ke bahasa Arab sebuah buku pegangan medis abad ketujuh yang
ditulis oleh pangeran Aleksandria Ahrun.
Pengalihbahasaan literatur medis meningkat drastis dibawah kekuasaan
Khalifah Al-Ma'mun dari Diansti Abbasiyah di Baghdad. Para dokter dari
Nestoria dari kota Gundishpur dipekerjakan dalam kegiatan ini. Sejumlah
sarjana Islam pun terkemuka ikut ambil bagian dalam proses transfer
pengetahuan itu. Tercatat sejumlah tokoh seperti, Yuhanna Ibn Masawayah
(w. 857), Jurjis Ibn-Bakhtisliu, serta Hunain Ibn Ishak (808-873 M) ikut
menerjemahkan literatur kuno dan dokter masa awal.
Karya-karya original ditulis dalam bahasa Arab oleh Hunayn. Beberapa risalah yang ditulisnya, diantaranya al-Masail fi al-Tibb lil-Mutaallimin (masalah kedokteran bagi para pelajar) dan Kitab al-Asyr Maqalat fi al-Ayn (sepuluh
risalah tentang mata). Karya tersebut berpengaruh dan sangat inovatif,
walaupun sangat sedikit memaparkan observasi baru. Karya yang paling
terkenal dalam periode awal ini disusun oleh Ali Ibn Sahl Rabban
al-Tabari (783-858), Firdaws al-Hikmah. Dengan mengadopsi satu
pendekatan kritis yang memungkinkan pembaca memilih dari beragam
praktek, karya ini merupakan karya kedokteran Arab komprehensif pertama
yang mengintegrasikan dan memuat berbagai tradisi kedokteran waktu itu.
Perkembangan tradisi dan keberagaman yang nampak pada kedokteran Arab
pertama, dikatan John dapat dilacak sampai pada warisan Helenistik.
Dari pada khazanah kedokteran India. walaupun keilmuan kedokteran India
kurang terlalu mendapat perhatian, tidak menafikan adanya sumber dan
praktek berharga yang dapat dipelajari. Warisan ilmiah Yunani menjadi
dominan, khususnya helenistik, John Esposito mengatakan “satu kesadaran
atas (perlunya) lebih dari satu tradisi mendorong untuk pendekatan
kritis dan selektif “. Seperti dalam sains Arab awal.
2. Masa Kejayaan
Pada abad ke-9 M hingga ke-13 M, dunia kedokteran Islam berkembang
begitu pesat. Sejumlah RS (RS) besar berdiri. Pada masa kejayaan Islam,
RS tak hanya berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan para
pasien, namun juga menjadi tempat menimba ilmu para dokter baru. Tak
heran, bila penelitian dan pengembangan yang begitu gencar telah
menghasilkan ilmu medis baru. Era kejayaan peradaban Islam ini telah
melahirkan sejumlah dokter terkemuka dan berpengaruh di dunia
kedokteran, hingga sekarang. `'Islam banyak memberi kontribusi pada
pengembangan ilmu kedokteran,'' papar Ezzat Abouleish.
Era kejayaan Islam telah melahirkan sejumlah tokoh kedokteran
terkemuka, seperti Al-Razi, Al-Zahrawi, Ibnu-Sina, Ibnu-Rushd,
Ibn-Al-Nafis, dan Ibn- Maimon. Al-Razi (841-926 M) dikenal di Barat
dengan nama Razes. Ia pernah menjadi dokter istana Pangerang Abu Saleh
Al-Mansur, penguasa Khorosan. Ia lalu pindah ke Baghdad dan menjadi
dokter kepala di RS Baghdad dan dokter pribadi khalifah. Buku kedokteran
yang dihasilkannya berjudul “Al-Mansuri” (Liber Al-Mansofis) dan “Al-Hawi”.
Tokoh kedokteran lainnya adalah Al-Zahrawi (930-1013 M) atau dikenal
di Barat Abulcasis. Dia adalah ahli bedah terkemuka di Arab. Al-Zahrawi
menempuh pendidikan di Universitas Cordoba. Dia menjadi dokter istana
pada masa Khalifah Abdel Rahman III. Sebagain besar hidupnya
didedikasikan untuk menulis buku-buku kedokteran dan khususnya masalah
bedah.
Salah satu dari empat buku kedokteran yang ditulisnya berjudul,
'Al-Tastif Liman Ajiz'an Al-Ta'lif' - ensiklopedia ilmu bedah terbaik
pada abad pertengahan. Buku itu digunakan di Eropa hingga abad ke-17.
Al-Zahrawi menerapkan cautery untuk mengendalikan pendarahan. Dia juga
menggunakan alkohol dan lilin untuk mengentikan pendarahan dari
tengkorak selama membedah tengkorak. Al-Zahrawi juga menulis buku
tentang tentang operasi gigi.
Dokter Muslim yang juga sangat termasyhur adalah Ibnu Sina atau
Avicenna (980-1037 M). Salah satu kitab kedokteran fenomela yang
berhasil ditulisnya adalah Al-Qanon fi Al- Tibb atau Canon of Medicine.
Kitab itu menjadi semacam ensiklopedia kesehatan dan kedokteran yang
berisi satu juta kata. Hingga abad ke-17, kitab itu masih menjadi
referensi sekolah kedokteran di Eropa.
Tokoh kedokteran era keemasan Islam adalah Ibnu Rusdy atau Averroes
(1126-1198 M). Dokter kelahiran Granada, Spanyol itu sangat dikagumi
sarjana di di Eropa. Kontribusinya dalam dunia kedokteran tercantum
dalam karyanya berjudul 'Al- Kulliyat fi Al-Tibb' (Colliyet). Buku itu
berisi rangkuman ilmu kedokteran. Buku kedokteran lainnya berjudul
'Al-Taisir' mengupas praktik-praktik kedokteran.
Nama dokter Muslim lainnya yang termasyhur adalah Ibnu El-Nafis (1208
- 1288 M). Ia terlahir di awal era meredupnya perkembangan kedokteran
Islam. Ibnu El-Nafis sempat menjadi kepala RS Al-Mansuri di Kairo.
Sejumlah buku kedokteran ditulisnya, salahsatunya yang tekenal adalah
'Mujaz Al-Qanun'. Buku itu berisi kritik dan penambahan atas kitab yang
ditulis Ibnu Sina. Beberapa nama dokter Muslim terkemuka yang juga
mengembangkan ilmu kedokteran antara lain; Ibnu Wafid Al-Lakhm, seorang
dokter yang terkemuka di Spanyol; Ibnu Tufails tabib yang hidup sekitar
tahun 1100-1185 M; dan Al-Ghafiqi, seorang tabib yang mengoleksi
tumbuh-tumbuhan dari Spanyol dan Afrika.
Setelah abad ke-13 M, ilmu kedokteran yang dikembangkan
sarjana-sarjana Islam mengalami masa stagnasi. Perlahan kemudian surut
dan mengalami kemunduran, seiring runtuhnya era kejayaan Islam di abad
pertengahan. sampai disini, penulis tidak akan menjelaskan nasib Ilmu
kedokteran masa kemunduran Islam. Karena sudah jelas Peradaban Islam
mengalami kematian. Oleh karena itu, dalam sub-bab selanjutnya penulis
akan terus menulusuri warisan-warisan peradaban Islam berkaitan dengan
bidang ini. Karena banyak sekali warisan peradaban Islam dalam bidang
kedokteran, baik itu berupa teori-teori pengobatan, lembaga-lembaga,
beserta sistemnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar